Bioskop Syariah di Aceh, Sekedar Informasi Tanpa Realisasi

Sineas asal Aceh, Hendri Norman. Foto: HO/For KOALISI.co

KOALISI.co - Wacana bioskop Syariah di Aceh mungkin bisa menjadi solusi bagi hiburan masyarakat dan perkembangan kreatifitas sineas Aceh yang masih kehilangan jati diri. Disisi lain wacana tersebut terkesan dipaksakan hanya untuk sekedar informasi tanpa realisasi.

Seperti diungkap sineas asal Aceh, Hendri Norman, bahwa sekitar 5 tahun lalu ada beberapa wacana memungkinkan bioskop di Aceh dihidupkan lagi dengan format Syariah diantaranya pemisahan penonton pria dan wanita kecuali keluarga sah dan anak-anak, plus dengan penjagaan petugas khusus diantara seat pria dan wanita.

“Seharusnya ini bukan lagi wacana, bila memang Pemerintah Aceh dan stakeholder berniat memajukan perfilman Aceh dan nasional. Saya rasa tidak ada yang sulit bila didasarkan pada niat yang baik, bukan sebaliknya selalu mengandalkan stigma bahwa bioskop sebagai sarang maksiat, padahal bioskop tidak segelap itu,” kata Hendri , Senin (3/6/2023).

Baca Juga: Fakta Menarik Tentang Segmen 3 Film KKN Desa Penari

Menurut Hendri wacana baik ini harus segera diwujudkan, dengan mengeluarkan regulasi ruang pemutaran film. Masyarakat sangat menantikan ruang ini ada dan dibangun. Apalagi Aceh punya sejarah ruang pemutaran film, artinya soal bioskop bukan hal tabu dalam masyarakat Aceh.

“Aceh sudah tertinggal jauh dengan banyak Negara-negara yang notabene juga menerapkan syariat Islam. Malaysia, Negara-negara arab, Turki, bahkan Brunai Darussalam tidak pernah memberangus bioskop,” ujar Hendri.

Jadi Aceh harus menunggu apalagi, ini hanya soal persepsi dangkal para pemangku kebijakan atau bisa saja hanya sekedar dagangan politik segelintir elit, sehingga regulasi sulit keluarkan.

Baca Juga: Daftar Film Jadul Terpopuler di Indonesia

“Bioskop bukan sekedar ruang hiburan masyarakat, tapi ada ribuan pembuat film di Aceh yang membutuhkan ruang pemutaran film tersebut untuk mengapresiasi karya-karya film lokal. Selama ini mereka harus mengeluarkan biaya besar hanya sekedar untuk membuat laga priemer di bioskop-bioskop di luar Aceh, seperti di Medan,” jelasnya.

Baca dihalaman selanjutnya>>>

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...