AEF 2022; Bank Indonesia Sebut Perekonomian Aceh Tumbuh Tinggi

AEF 2022; Bank Indonesia Sebut Perekonomian Aceh Tumbuh Tinggi
dok. Bank IndonesiaKepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Achris Sarwani.

Selain itu, Plt. Ketua IAEI Aceh, Prof. Nazaruddin AW, MA dalam paparannya menyampaikan bahwa perlunya mendorong sosialisasi dan mengkomunikasikan tentang ekonomi syariah pasca implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah, karena masih cukup rendahnya literasi ekonomi/keuangan syariah di Aceh yaitu tercatat 21% dengan tingkat inklusivitasnya adalah 41%.

Lebih lanjut, pemanfaatan pembiayaan syariah di Aceh juga masih didominasi untuk penggunaan konsumtif dibandingkan dengan produktif. Sehingga hal tersebut belum optimal dalam memberikan multiplier effect untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, Tissa Aunilla, Co-Founder Pipiltin Cocoa menyampaikan materi tentang Sustainability Cocoa in Indonesia atau pengembangan coklat yang berkelanjutan di Indonesia. Menurut Tissa, biji cocoa di Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia dan digunakan untuk produk-produk premium di negara terkenal penghasil coklat seperti Swiss dan Belgia.

Baca Juga: Bank Indonesia Kawal Penyusunan Roadmap ETPD se-Aceh

Namun, dari sisi produksi, jumlah produksi Cocoa mengalami penurunan dari tahun-ke tahun. Pada tahun 2010 produksi Cocoa Indonesia merupakan paling besar ke-3 di dunia dengan produksi sekitar 800.000 ton per tahun. Pada tahun 2020 produksi Cocoa Indonesia hanya berkisar 200.000 ton per tahun dan menjadi negara produsen Cocoa nomor 6 di dunia.

"Dalam melakukan bisnisnya, Pipiltin Cocoa bekerja sama langsung dengan petani untuk memotong jalur distribusi sehingga memberikan harga yang lebih baik kepada para petani. Cocoa yang berasal dari Aceh sendiri menurut Tissa memiliki keunikan tersendiri karena memiliki kadar kepekatan yang paling tinggi sehingga memiliki cita rasa yang lebih pahit dan baik digunakan untuk kesehatan," terangnya.

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...