BI Aceh Perkuat Stabilitas Ekonomi dan Digitalisasi Pembayaran pada 2025

KOALISI.co - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Aceh terus memperkuat peranannya dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong digitalisasi untuk meningkatkan daya saing daerah.
"Pada tahun 2025, perekonomian Indonesia menghadapi berbagai tantangan eksternal, seperti tensi geopolitik, fragmentasi geoekonomi, pelemahan ekonomi Tiongkok, penguatan mata uang AS, suku bunga tinggi di negara maju, serta pengetatan fiskal," kata Kepala KPwBI Aceh, Agus Chusaini, dalam acara Bincang Bareng Media (BBM), Senin (17/2/2025).
Oleh karena itu, strategi domestik harus difokuskan pada stabilitas makroekonomi, penguatan sektor riil, pendalaman pasar keuangan, serta akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan inovasi transaksi jasa.
Baca Juga: BI Aceh Bersinergi Dengan Alim Ulama Dalam Dakwah Ekonomi Syariah
Sementara itu, perekonomian Aceh menunjukkan kinerja yang kuat pada 2024, tumbuh sebesar 4,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2023 yang tumbuh 4,23% (yoy).
"Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai event besar seperti Pemilu dan Pilkada 2024 serta PON Aceh-Sumut 2024, yang mendukung sektor Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, serta Administrasi Pemerintahan," ujar Agus.
Pada tahun 2025, ekonomi Aceh diperkirakan tetap tumbuh positif, meskipun sedikit melambat akibat terbatasnya PSN baru dan kebijakan efisiensi anggaran. Namun, optimisme tetap terjaga dengan adanya perbaikan sektor pertanian melalui optimalisasi lahan rawa dan cetak sawah rakyat, serta stabilnya kinerja ekspor Aceh.
Baca Juga: BI Aceh Siapkan Rp4 Tiriluan Untuk Penukaran Uang Jelang Idulfitri 2024
Dari sisi stabilitas keuangan, pembiayaan berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan IV 2024 mencapai Rp51,64 triliun, tumbuh 3,49% (yoy). Financing to Deposit Ratio (FDR) berdasarkan lokasi proyek berada di 113,10%, menandakan tingginya aktivitas pembiayaan dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun di Aceh.
"Stabilitas sistem keuangan juga didukung oleh rendahnya Non-Performing Financing (NPF), yang hanya sebesar 2,34%," sebutnya.
Perkembangan digitalisasi sistem pembayaran di Aceh menunjukkan hasil positif, dengan 658.721 pengguna QRIS terdaftar, 178.926 merchant mengimplementasikan QRIS, dan 17,03 juta transaksi tercatat dengan nominal Rp2,09 triliun hingga Desember 2024.
Baca Juga: BI Aceh Komit Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melalui Program Pembinaan UMKM
"Bank Indonesia terus mendorong sinergi dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk mempercepat digitalisasi ekonomi dan meningkatkan inklusi keuangan," terangnya.
Sementara itu, inflasi Aceh pada Januari 2025 tetap terkendali di angka 1,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,17% (yoy). Penurunan ini didorong oleh kebijakan diskon tarif listrik berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.K/TL.01/MEM.L/2024, yang memberikan diskon 50% bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA hingga 2.200 VA selama Januari dan Februari 2025.
Untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, Bank Indonesia menerapkan strategi 4K. Strategi ini mencakup keterjangkauan harga melalui pasar murah dan subsidi ongkos angkut, ketersediaan pasokan dengan peningkatan produksi dan distribusi pangan, kelancaran distribusi melalui kerja sama antar daerah, serta komunikasi efektif melalui koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan pemanfaatan data harga pangan.
Baca dihalaman selanjutnya >>>
Komentar