Bioskop Syariah di Aceh, Sekedar Informasi Tanpa Realisasi

Sineas asal Aceh, Hendri Norman. Foto: HO/For KOALISI.co

Belum lagi soal miliaran uang Aceh lari ke Medan setiap tahun, karena hanya soal tidak ada bioskop di Aceh. Bayangkan berapa banyak masyarakat kita harus ke Medan hanya untuk liburan dan menonton film. Karena di Medan bioskop juga salah satu investasi untuk meningkatkan PAD.

“Karena di Aceh, jadi pola investasi ini bisa dicontoh, kemudian dipadukan dengan kearifan lokal. Selain menambah pendapatan daerah, dari sektor pajak dan non pajak, bioskop di Aceh juga bisa dikembangkan untuk mempromosikan film-film karya sineas Aceh, seperti untuk merilis film,” ungkap Hendri.

Baca Juga: Rekomendasi Film Indonesia yang Masuk Daftar Film Bioskop Romantis

Selama ini yang terjadi, lanjutnya, sines Aceh harus bertarung dengan fasilitas minim untuk sekedar merilis karya-karya, bahkan ada juga yang harus screening di lapangan terbuka dengan resiko hujan atau cuaca tidak mendukung.

Sutradara film berjudul “Identitas” ini juga menerangkan, nuasan menonton film di bioskop berbeda dengan menonton di tv, laptop atau gadget seperti smartphone. Karena menonton di bioskop lebih meransang indera mata dan dengar. Pesan-pesan yang disampaikan melalui film akan lebih masuk ke dalam pikiran.

“Nuansa lain dalam bioskop adalah penggunaan sound dolby stereo, gelap dan akustik, pasti menambah suasana berbeda dari sekedar menyaksikan film dari wadah lain,” tambah Hendri.

Baca Juga:

Ketua Komunitas Matasapi Films ini juga berharap ke depan, bila bioskop di Aceh terwujud tidak harus memuat konten film film ketimuran dan Syariah semata. Masyarakat juga tidak perlu khawatir soal film-film vulgar, karena ada badan sensor film yang membatasi soal itu.

“Jujur saya tidak setuju, bila bioskop sebatas film-film bernuansa Syariat, karena melihat film bisa dari mana saja, dari beragam budaya, dari apa subjek dan objek atau isu yang diangkat. film bisa jadi catatan sejarah dan kebudayaan suatu bangsa, yang tersaji di pita seluloid. Kita bisa melihat perkembangan apa saja di dunia melalui film. Layaknya sebuah buku , film pun merekam sejarah melalui fiksi dan documenter,” pungkas Hendri.

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...