BPS: Ekonomi Aceh Tumbuh Dengan Migas 4,21 Persen, Tanpa Migas Tumbuh 3,80 Persen
KOALISI.co - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, merilis informasi tentang pertumbuhan ekonomi Aceh Triwulan IV-2022, Senin 6 Februari 2023. Dalam rilis tersebut disebutkan jika Ekonomi Aceh Tahun 2022 dengan migas tumbuh 4,21 persen dan tanpa migas tumbuh 3,80 persen.
Perekonomian Aceh Tahun 2022 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp211,75 triliun dengan migas dan tanpa migas adalah sebesar Rp198,44 triliun.
Sementara itu PDRB atas harga konstan dengan migas adalah sebesar Rp140,95 triliun dan tanpa migas adalah sebesar Rp134,38 triliun. PDRB per kapita Aceh mencapai Rp39,16 juta.
Baca Juga: Sandiaga Uno: Aceh Ramadhan Festival Jadi Momentum Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Aceh
“Ekonomi Aceh tahun 2022 tumbuh sebesar 4,21 persen dengan migas sementara tanpa migas tumbuh sebesar 3,80 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha menyediakan kenyamanan dan makan dan minum sebesar 32,40 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi ada di komponen ekspor barang dan jasa luar negeri yaitu sebesar 20,83 persen,” demikian isi rilis BPS tersebut.
Sementara itu, ekonomi Aceh dengan migas triwulan IV-2022 bila dibandingkan triwulan IV-2021 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,60 persen. Sementara y-on-y tanpa migas mengalami pertumbuhan sebesar 5,92 persen.
Dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi yang dicapai oleh lapangan usaha pengolahan pengolahan sebesar 19,63 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi ada pada komponen ekspor barang dan jasa luar negeri, yaitu mencapai 14,79 persen.
Baca Juga: BPMA Bicara Blok Andaman II; KKKS Premier Oil Berpotensi Temukan Cadangan Migas
Perekonomian Aceh dengan migas triwulan IV-2022 terhadap triwulan III-2022 (q-to-q) tumbuh sebesar 6,78 persen. Sementara pertumbuhan q-to-q triwulan IV-2022 tanpa migas sebesar 7,66 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertanian, tembak, dan perikanan sebesar 14,99 persen.
Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi ada pada komponen impor barang dan jasa luar negeri yaitu sebesar 93,11 persen, namun komponen ini merupakan faktor pengurang pada PDRB menurut Pengeluaran.
Dalam rilisnya disebutkan jika lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi diantaranya adalah penyediaan fasilitas dan makan minum sebesar 32,40 persen, jasa lainnya sebesar 13,59 persen dan informasi dan komunikasi sebesar 11,25 persen.
Beberapa lawan lapangan usaha masih mengalami kontraksi diantaranya jasa keuangan sebesar 5,93 persen dan konstruksi sebesar 2,36 persen.