Kata Antropolog Soal Maraknya Kasus Tawuran Remaja di Lhokseumawe

Dosen Program Studi Antropologi Unimal, Iromi Ilham. HO/For.KOALISI.co.

KOALISI.co - Maraknya kasus tawuran remaja berujung kepada kekerasan di Kota Lhokseumawe mendapat tanggapan dari Antropolog di Universitas Malikussaleh (Unimal) Iromi Ilham, MA. Ia menilai, fenomena itu disebabkan faktor individu remaja itu sendiri dan faktor lingkungan.

“Masa remaja itu masa mencari jati diri, keinginannya masih belum menentu, emosinya juga masih labil. Anak-anak di usia remaja ini lebih cenderung mengikuti dorongan jiwa agresif ketimbang hati nurani,” kata Iromi, di Lhokseumawe kepada KOALISI.co, (15/2/2023)

Dosen Program Studi Antropologi Unimal itu menjelaskan, ketika kontrol individu para remaja lemah akibat kurangnya pemahaman akan nilai-nilai positif. Maka, berimplikasi pada mudahnya terbawa arus dan pengaruh dari luar individu.

Baca Juga:Tawuran Terjadi lagi, 2 Remaja Diamankan di Polres Lhokseumawe

“Misalnya, mudah terpengaruh Narkoba dan kenakalan remaja lainnya seperti, tawuran, seks bebas dan lain-lain,” ujar Iromi yang merupakan lulusan Magister Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selain itu, faktor lingkungan seperti, teman sepergaulan, baik itu di lingkungan tempat tinggal maupun di sekolah. Teman sepergaulan punya pengaruh besar, ketika remaja merasa dekat dan membentuk kelompok, akan muncul rasa senasib dan solidaritas tinggi.

“Dengan demikian, mereka akan mudah melakukan hal-hal yang dianggap menyenangkan di kelompoknya, terlepas itu bernilai baik atau buruk. Ada rasa bangga jika kelompok mereka ditakuti dan disegani oleh orang lain,” jelas Iromi.

Baca Juga: Gerombolan Remaja Bacok Seorang Pria di Lhokseumawe, 13 Orang Diamankan

Padahal, lanjut Iromi, terkadang yang ditunjukkan adalah perilaku destruktif, yang bukan saja merugikan orang lain, tapi juga masa depannya sendiri, kondisi ini juga dipicu oleh terbatasnya ruang dan media aktualisasi diri secara positif.

“Untuk itu, sinergisitas kontrol dari keluarga, sekolah, juga lingkungan sosial harus diperkuat. Keluarga sebagai institusi terkecil dalam masyarakat harus kembali berfungsi sebagaimana mestinya,” harap Iromi.

Dikatakan, begitu juga dengan lingkungan sekolah untuk tidak bosan-bosannya dalam mengedukasi nilai-nilai positif dalam berkehidupan, Pun demikian, dengan lingkungan sosial.

Baca Juga: Cegah Kenakalan Remaja, Pemko Lhokseumawe Disarankan Bentuk Program Penguatan Karakter

“Intervensi sosial sangat penting untuk menjaga generasi dari perilaku destruktif, kita harus punya pemikiran, aneuk gob, aneuk geutanyoe cit, sehingga tidak merasa canggung untuk memberi teguran jika terlihat perilaku negatif di sekitar,” tutup Iromi.

Komentar

Loading...