Masjid Madinah Teungku Japakeh di Pidie Jaya Tak Sepi dari Penziarah
KOALISI.co - Masjid Madinah Teungku Japakeh di Gampong Dayah Kruet, Kemukiman Kuta Baroh, Kecamatan Meurahdua, Pidie Jaya, tak pernah sepi dari penziarah.
Sarana ibadah peninggalan tempo dulu hingga kini tetap dijaga dan dirawat dengan baik serta dilestarikan sebagai Cagar Budaya. Demikian halnya Makam almarhum Tengku Japakeh yang berada tidak jauh dari masjid tersebut.
Khatib Masjid Madinah, Teungku Yusri M Gade mengatakan, masjid bersejarah sejak zaman Belanda tersebut tergolong tak pernah sepi dari pengunjung baik untuk berziarah ke makam maupun untuk melepaskan nazar (Peulheh Kaoy).
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Islami di Indonesia, Nomor 5 Mirip Masjid Nabawi
Konon menurut sejarah, kata Teungku Yusri, tiga Guci Batu serta mimbar yang ada di sana berasal dari Madinah, Arab Saudi, yang dibawa Teungku Japakeh.
Ulama yang sangat terkenal dalam sejarah itu berpulang ke Rahmatullah pada tahun 1651 M dan makamnya berada sekitar 100 meter dari komplek masjid dan berdampingan dengan makam Teungku H Musa bin Teungku H Asyek.
Penziarah bukan hanya dari sejumlah kabupaten/kota di Aceh semata, tetapi juga dari luar.
Baca Juga: Pesantren Kilat Aceh Ramfest Kenalkan Budaya Hingga Wisata Islami
"Air dalam guci selain bisa untuk diminum juga membasuh tubuh," ujar Teungku Yusri, yang juga Pimpinan Dayah Ribatulmutaallimin al-Azizyah Gampong Dayah Usen Meurahdua, Minggu (10/9/2023).
Lazimnya, jelas Teungku Yusri, penziarah datang kesana adalah pada Senin atau Kamis. Setiba di Masjid Madinah, penziarah terlebih dahulu melaksanakan shalat sunah baru kemudian menziarahai makam dan berahir dengan meminum seteguk air yang ada dalam guci plus mengusap di wajah dan bagian lainnya.
Menurut catatan yang tertulis persis di pintu masuk masjid, tertera bahwa Masjid Madinah dibangun tahun 1922 M atau pada 1341 H dan selesai tahun 1923 atau 1342 H.
Baca Juga: Bank Indonesia Dorong Pengembangan Wisata Halal dan Ekonomi Syariah di Aceh
Kendati dalam komplek tersebut kini telah dibangun masjid baru yang lumayan indah dan lebar, namun keberadaan masjid lama tetap digunakan masyarakat.
Konon lagi, Masjid Teungku Japakeh kendati lantainya bukan keramik, tapi hanya semen biasa dan atapnya genteng zaman dahulu, tapi sekejap saja merebahkan tubuh langsung tertidur.
Komentar