Pengelolaan Blok B, Bukti Kedaulatan di Tangan Rakyat Aceh
SEBUAH acara syukuran sederhana dilaksanakan di pelataran Sekretariat PT Perta Arun Gas (PAG) Lhokseumawe. Tampak, hadir dalam acara tersebut Gubernur Aceh, Ketua Dewan Perwakilan Aceh (DPRA), Bupati Aceh Utara, Wakil Wali Kota Lhokseumawe, Komisaris PT. PEMA, Direktur Utama PT. PGA, Dewan Direksi PT. PAG dan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh.
Itulah momen sarat makna pertanda satu tahun Pemerintah Aceh memperoleh kedaulatan untuk mengelola secara mandiri ladang minyak dan gas (Migas) Blok B di Kabupaten Aceh Utara, setelah penantian panjang selama rentang 40 tahun.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah bekerja keras untuk ini, dukungan ini sangat penting. Pengelolaan secara mandiri Blok B adalah wujud dari kedaulatan, dan itu kini sudah ada ditangan rakyat Aceh,” kata Gubernur Aceh Nova Iriansyah, dalam sambutannya pada acara syukuran tersebut.
Ritual kearifan lokal yang dilaksanakan Pemerintah Aceh melalui Badan Usaha Milik Aceh (BUMA) PT. Pembangunan Aceh (PEMA) selaku kontraktor definitif pengelola, sebagai bentuk rasa syukur Pemerintah Aceh atas suksesnya pengalihan pengelolaan Blok B.
Saat ini, kata Nova, Blok B dikelola oleh Badan Usaha Milik Aceh (BUMA) yaitu, PT. PEMA, yang dimandatkan pada anak perusahaannya PT. PEMA Global Energi (PGA) dan kini telah memasuki satu tahun operasional.
Pencapaian ini, terang Nova, bukanlah hal mudah untuk didapatkan, di tengah banyaknya tantangan dan rintangan yang dilalui serta sikap skeptis dari berbagai pihak terhadap sukses alih kelola itu sendiri.
“Kini, kita berhasil membuktikan bahwa kita mampu mengelola blok migas secara mandiri. Ini adalah tonggak sejarah yang harus tercatat, karena pencapaian ini bukan hal mudah untuk didapatkan,” kata Nova.
Nova mengungkapkan rasa bangganya terhadap kinerja PGE, selama satu tahun mengelola Blok B, Perusahaan Migas milik pemerintah Aceh itu telah mampu meningkatkan kinerjanya dengan tetap menjaga produksi gas dan kondensat. Bahkan, mereka mampu menaikkan jumlah produksi.
“Hal ini menjadi semangat dan batu loncatan untuk Aceh dapat mengelola blok migas existing lainnya yang berada di wilayah kewenangan Aceh ke depannya,” ujarnya.
Karena itu, Nova menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam memperjuangkan dan menyukseskan proses pengambil alihan dan pengelolaan Blok B tersebut.
Ia berharap, operasional Blok B di bawah PGE dan semakin berkembang dan dapat ditemukannya cadangan-cadangan Migas baru, sehingga kejayaan masa lalu Blok B yang pernah menjadi salah satu Blok Migas terbesar di Asia bisa terulang kembali.
“Dengan kebersamaan dan kekompakan yang sudah terjalin selama ini, perjuangan seberat apa pun akan terasa ringan dan mudah kita lewati. Saya ingatkan kejayaan tidak ada artinya kalau tidak terasa hingga ke akar rumput,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Migas Aceh, Teuku Mohammad Faisal, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang bersinergi dengan baik dalam proses alih proses alih kelola wilayah kerja “B” dari tahun 2018 hingga dengan Mei tahun 2021.
“Terutama bapak Gubernur Aceh dan tim alih kelola blok B yang telah melakukan kerjanya sehingga tuntas perpanjangan pengelolaan blok B kepada kontraktor existing selanjutnya,” katanya.
Alih kelola blok B ini, kata Faisal merupakan catatan positif bagi BPMA dalam melakukan fungsinya, dalam pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap kontrak kerjasama kegiatan usaha hulu.
Agar pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara yang berada di wilayah kewenangan Aceh baik itu didarat maupun laut, dapat memberikan manfaat serta penerimaan yang maksimal bagi Aceh dengan tujuan utama untuk kemakmuran rakyat.
“Tentunya menandai satu tahun alih kelola wilayah kerja B ini, banyak sekali tantangan dan pengalaman baru yang kita dapatkan dalam pengelolaan bersama sumber daya minyak dan gas bumi di Aceh,” ujarnya.
Namun demikian, ia mengaku sangat bangga dengan kinerja PT. Pema Global Energi, dalam waktu satu tahun, telah menunjukkan kinerja yang sangat baik yakni dengan berhasil mempertahankan produksi setelah alih kelola dan sampai saat ini masih dapat mempertahankan produksi sesuai target.
Lebih lanjut, kerja keras ini akan menjadi kewajiban dan tantangan ke depan PT. PGA dengan konsisten melaksanakan komitmen kerja eksplorasi untuk menemukan cadangan baru sehingga dapat mengganti cadangan terproduksi saat ini yang akan semakin menurun karena lapangan Arun adalah mature field (sisa cadangan).
“Kami sampaikan bahwa hasil dari pengelolaan wilayah kerja “b” ini akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pembangunan Aceh yakni berupa dividen kepada pemerintah Aceh dan juga efek domino dalam pengelolaan usaha hulu migas di wilayah kerja B,” pungkasnya.
Selain itu, Kepala BPMA itu juga mengingatkan PT. PAG, untuk memperhatikan 3 poin utama dalam mengelola WK B, yakni; pertama Road to zero accident. Sebagai upaya untuk mencapai nihil kecelakaan, khususnya di kegiatan usaha hilir migas.
Road to zero accident ini merupakan upaya pemerintah dan pemegang izin usaha migas untuk mencapai kegiatan usaha hilir migas yang aman, andal dan akrab lingkungan. Tidak ada unplaned shutdown pada instalasi, fatality pada pekerja dan masyarakat serta pencemaran lingkungan atau singkatnya, nihil kecelakaan.
Kedua, menyukseskan tercapainya target pemerintah yakni target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BPH) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD) pada 2030 mendatang.
Ketiga, perkuat tekad untuk selalu berkreasi, berkarya serta bangkit dan tangguh untuk menjaga perjuangan bersama demi pencapaian visi hulu migas di Indonesia menuju 1 juta barel dengan masif agresif dan efisien.
Komentar