Invasi Rusia ke Ukraina

70 Tentara Ukraina Tewas akibat Serangan Roket, Rusia Kian Mendekati Ibukota Kyiv

Invansi rusia
Ambulans terlihat melalui jendela rusak kendaraan yang terkena peluru, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina 28 Februari 2022. Jedrzej Nowicki/Agencja Wyborcza.pl via REUTERS

KOALISI.co - Pemerintah Ukraina mencatat lebih dari 70 tentara Ukraina dilaporan tewas akibat serangan roket Rusia dan puluhan warga sipil tewas pada Senin 1 Maret 2022. Saat ini militer Rusia kian mendekati Ibukota Kyiv.

Perusahaan satelit AS Maxar mengatakan, Untuk mendorong mendekat Ibukota Ukraina, Rusia telah mengumpulkan kendaraan lapis baja, tank dan peralatan militer lainnya yang membentang sekitar 40 mil (64 km).

“Rusia telah mendekati Kyiv terjadi selama 24 jam terakhir mungkin sebagai akibat (Ukraina) kesulitan logistik yang terus berlanjut,” kata kementerian pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijen militer yang kami kutip dari Reuters.

Baca Juga: Suasana Perang di Ukraina Saat Invasi Rusia

Saat ini, Rusia telah meningkatkan penggunaan artileri berat di daerah perkotaan padat penduduk dan sangat meningkatkan risiko korban warga sipil serta menyerang di beberapa front dan pejabat Ukraina melaporkan pemboman di Kharkiv, kota terbesar kedua di negara itu, telah menewaskan puluhan warga sipil.

"Serangan roket barbar dan MLRS (sistem roket peluncuran ganda) dari kota-kota damai adalah bukti bahwa mereka tidak lagi mampu melawan Ukraina bersenjata," kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov melalui laman Facebook.

Staf umum Ukraina mengatakan, kerugian Rusia termasuk 5.710 personel, 29 pesawat yang hancur dan rusak, dan 198 tank, dan sekitar 70 prajurit Ukraina tewas pada Senin 1 Maret 2022 oleh penembakan Rusia terhadap sebuah pangkalan di kota Okhtyrka, antara Kharkiv dan Kyiv.

Baca Juga: Rusia Kuasai Gudang Bekas Nuklir di Ukraina, Presiden Zelenskiy Janji Tetap Tinggal di Kyiv

“Tidak mungkin untuk memverifikasi secara independen angka-angka itu,” kata Staf umu Ukraina.

Pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan tetangga selatannya yang diadakan pada hari Senin gagal mencapai terobosan dan para perunding belum mengatakan kapan babak baru akan berlangsung.

Presiden Rusia, Vladimir Putin menghadapi tekanan internasional yang meningkat dan dampak sistemik sanksi Barat menyebabkan keruntuhan rubel hampir 30% pada hari Senin sebelum intervensi bank sentral menyelamatkan mata uang dari posisi terendahnya.

Amerika Serikat dan sekutunya telah memberlakukan sanksi terhadap bank sentral Rusia, bisnis utamanya, oligarki dan pejabat, termasuk Putin sendiri, dan melarang beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT.

Komentar

Loading...