Parlemen Italia Rekomendasi Perempuan jadi Presiden

Parlemen Italia Rekomendasi Perempuan jadi Presiden
Seorang anggota parlemen memberikan suara untuk memilih presiden baru Italia, di Kamar Deputi di Roma, Italia, 27 Januari 2022. REUTERS/Remo Casilli/Pool

KOALISI.co - Anggota Parlemen Italia merekomendasi perempuan untuk menjadi Presiden selanjutnya, calonnya adalah Elisabetta Belloni, seorang diplomat karir yang mengepalai dinas rahasia, dengan Menteri Kehakiman, Marta Cartabia.

Dikutip dari Reuters pada Sabtu 29 Januari 2022, rekomendasi perempuan jadi Presiden Italia itu diambil setelah lima hari pemungutan suara memaksa para pemimpin partai untuk mencari solusi kompromi dari kebutuan tersebut.

"Saya bekerja agar kita memiliki presiden perempuan yang cerdas, mudah-mudahan besok sudah ada penutupan " kata pemimpin Liga sayap kanan Matteo Salvini, setelah bertemu dengan kepala dua partai kiri tengah utama, Partai Demokrat (PD) dan Gerakan Bintang 5.

Sementara, Giuseppe Conte, pemimpin Bintang 5 mengatakan, pihaknya juga menginginkan seorang perempuan untuk menggantikan Presiden Sergio Mattarella, yang masa jabatan tujuh tahunnya berakhir pada minggu depan.

"Saya sangat senang bahwa kekuatan politik lainnya juga menunjukkan bahwa mereka ingin menyetujui profil perempuan tingkat tinggi," tulisnya di Twitter.

Presiden adalah sosok yang kuat di Italia, bisa mengangkat perdana menteri dan sering dipanggil untuk menyelesaikan krisis politik di ekonomi terbesar ketiga zona euro, di mana pemerintah rata-rata bertahan hampir satu tahun.

Tidak seperti di Amerika Serikat atau Prancis, Presiden dipilih melalui pemilihan umum, di Italia, sekitar 1.009 anggota parlemen dan perwakilan regional memilih Presiden dalam pemungutan suara. terkadang sulit dikendalikan oleh para pemimpin partai.

Disisi lain, Para pemimpin kanan tengah dari Liga, Forza Italia dan Brothers of Italy membuat marah lawan-lawan mereka ketika memerintahkan anggota parlemen muntuk memilih ketua Senat konservatif Elisabetta Casellati dalam pemungutan suara di hari pertama daripada mencari kandidat konsensus.

Langkah itu terbukti gagal yang memalukan, dengan Casellati mengamankan hanya 382 suara, jauh di bawah 505 yang dibutuhkan untuk menang.

Komentar

Loading...