Pembuktian Gibran Didebat Cawapres
KOALISI.co - Haruslah kita akui memang, bahwa Cawapres Gibran Rakabuming Raka lebih unggul dari para cawapres lainnya. Di depan banyak orang, Gibran berhasil membuktikan, bahwa dirinya bukanlah 'anak bawang', sebagaimana yang selama ini dibayangkan. Bahkan, berdasarkan beberapa data yang penulis himpun membuktikan, hasil Debat Cawapres kemarin berhasil membuat Gibran juara.
Hal yang menarik dari Gibran adalah ia tidak sekadar berbicara di depan umum saja, sebab Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD juga melakukan hal serupa. Melainkan Gibran memiliki retorika penyampaian yang baik dan sistematis. Terlepas dari berbagai pro dan kontra yang ada, harus kita akui Gibran memang lebih unggul.
Keunggulan ini tentu memberikan angin segar bagi Paslon Nomor Urut 2. Jika pada Debat Capres sebelumnya Prabowo gagal dalam mencitrakan dirinya sebagai sosok yang 'Gemoy', maka Gibran berhasil tampil paling baik di antara para kontestan, sehingga pengaruhnya 'sedikit-banyak' mampu mempertahankan keyakinan para pemilinya, termasuk swing voters yang kerao galau, bahwa Gibran cukup matang secara gagasan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Gibran unggul dalam seni melontarkan pertanyaan sulit kepada lawannya, dan juga menyiapkan jawaban tajam untuk menangkis serangan. Contoh pertanyaan sulit tersebut ketiga Gibran bertanya kepada Muhaimim terkait dengan solusi untuk meningkatkan SGIE (State of the Global Islamic Economy). Bagi Muhaimin tentu pertanyaan ini menjadi sulit, karena tidak mengetahui akronim dari kata tersebut.
Terlepas dari etis tidaknya cara yang Gibran lakukan, cara ini ampuh membuat Muhaimin mengaku tidak pernah mendengar istilah tersebut, meski pada awal pertanyaan, Gibran telah memberikan minor detail, seperti Gus Muhaimin yang berasal dari kalangan santri. Tidak berhenti di situ, Gibran pun melanjutkan pertanyaan yang sulit itu dengan pernyataan yang menohok, seperti: "Nah itu yang saya maksud Gus (Cak Imin). Mohon maaf kalo pertanyaannya agak sulit ya Gus". Let him cook!
Tentu penyataan semacam ini seolah ingin mempertegas, bahwa Muhaimin belum mampu menjawab tantangan dan peluang dalam pengembangan ekonomi syariah, yang memang dekat dalam kehidupannya sehari-hari. Hal-hal semacam inilah yang ditakuti oleh tim pasangan calon dalam debat. Dimana 'sedikit-banyak' akan memengaruhi para pemilih untuk berpikir ulang dan melakukan tindakan-tindakan baru.
Gibran juga unggul dalam hal pemberian informasi, dari apa yang semula kita tidak tahu menjadi tahu. Contohnya ketika ia membeberkan fakta, bahwa Muhaimin pernah hadir dalam acara syukuran peresmian IKN. Hal ini jelas dimaksudkan untuk memberikan pesan-pesan tertentu, bahwa terjadi pragmatisme dalam semangat perubahan yang diusung Paslon 01.
Walaupun pembawaan gaya Gibran terkesan kaku, namun pernyataan-pernyataannya tegas dan terukur alias tidak bertele-tele. Mungkin Cak Imin lebih humoris dengan 'Slepetnomics'-nya dan Mahfud MD lebih tegas dengan penerapan sanksi hukumnya. Namun tentu pendengar butuh lebih dari itu, yakni gagasan yang terkonsep dengan jelas mulai dari hulu hingga ke hilir.
Metode Public Speaking Gibran
Dapat saya simpulkan, bahwa Gibran tidak menggunakan metode public speaking impromptu atau ad libitum. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan Gibran yang tampak telah dipersiapkan terlebih dulu.
Seperti ketika ia bertanya pada Mahfud MD terkait kebijakan Carbon Capture and Storage (teknologi mitigasi pemanasan global), yang malah dijawab normatif dengan tata cara pembuatan undang-undang. Artinya persiapan personal Gibran cukup matang, dan telah disiapkan jauh-jauh hari, meski terkadang memang sedikit terkesan kurang natural.
Gibran juga tidak memilih metode reading manuscript, sehingga terjalinnya interaksi yang cukup antara ia dan para penontonnya. Bahkan dalam satu babak penutup, Gibran tampil epik saat menyalami Cawapres lain sebagai bentuk perhomatan yang muda kepada orang tua.
Pada debat kali ini, Gibran juga tampil atraktif dengan improvisasi-improvisasi yang dilakukannya. Walhasil, saya meyakini, Gibran menggunakan perpaduan metode memoriter dan using note, dimana ia mengingat seluruh ide, gagasan dan cara penyampaian dengan baik.
Jika memang benar demikian, maka Gibran memiliki kemampuan ingatan yang kuat plus mampu menambalnya dengan emosi-emosi. Hal ini terlihat dari berbagai data yang disampaikannya akurat setelah dilakukan verifikasi, meski memang terdapat juga beberapa hal yang keliru atau cenderung tidak nyambung.
Gibran yang semula tidak 'diunggulkan' dalam debat, berhasil tampil keren nan berwibawa serta terlihat cerdas dan profesional. Penghargaan tampaknya juga perlu diberikan kepada tim pemenangan yang telah berhasil mengidentifikasi para audience dan materi debat dengan baik.
Terlepas dari siapa pun yang lebih unggul dalam strategi penyampaian Debat Cawapres 2024 ini, kita semakin optimis, bahwa masing-masing kandidat memiliki tujuan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik, dan lebih baik lagi ke depannya.Tentu dengan berbagai cara yang mereka tawarkan, sebagaimana tertera pada slogan yang mereka paparkan dengan bangga. Sekian.