Haji Uma Luncurkan Lagu Terbaru Berjudul ‘Gaya Hudep’ di Awal Ramadhan
KOALISI.co - H. Sudirman atau Haji Uma, anggota DPD-RI asal Aceh dikenal dengan latar belakang sebagai seorang seniman. Kepiawaiannya dibidang seni sudah tak perlu diragukan.
Tak hanya di bidang seni peran yang melambungkan namanya. Namun juga di bidang seni tarik suara. Sejumlah lagu telah dicipta dan diluncurkan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Hasil karya Haji Uma tersebut antara lain lagu berjudul Zakeut, Hudep Lam Donya, Syetan Daya, Syae Leuk Bangguna, Bungong Mawoe dan Sijudo Padra.
Baca Juga: Sosok Haji Uma, Inspiratif Bagi Pejuang Sosial
Mayoritas lagu dari hasil karya Haji Uma mengusung lirik tentang dinamika sosial dan petuah hidup yang dapat menjadi refleksi dan pencerahan bagi siapapun yang mendengarnya.
Demikian juga dengan lagu terbarunya berjudul 'Gaya Hudep' yang akan dirilis pada awal Ramadhan ini.
Lagu yang musiknya dikerjakan Bilal Akbar serta Bang Rohid dan M. Furqan sebagai model video klip ini bercerita tentang perubahan karakter dan budaya yang salah kaprah yang terjadi ditengah masyarakat secara kekinian.
Baca Juga: Haji Uma Utus Penghubung Jadi Ahli Waris Terima Jenazah TKI asal Aceh Timur di Kualanamu
Produksi Soting Visiual dan Editing yang kerjakan oleh Alfa khalil ikram dan Yasir serta di bantu beberapa cameramen Muda lainnya
Dalam rilis yang dikirim ke awak media, Selasa (21/3/2023). Haji Uma memberi penjelasan bahwa banyak orang dalam kehidupan sosialnya saling berlomba untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup.
"Padahal, kebutuhan untuk gaya hidup itu bukanlah yang utama. Namun, gaya hidup cenderung menjadi lebih penting daripada kebutuhan lain. Sebagian orang bahkan rela saling berlomba untuk itu", beber Haji Uma.
Baca Juga: Senator Haji Uma Minta Kemenlu RI Evakuasi 6 WNI di Kamboja
Akibatnya, kebutuhan riil dan mendasar dalam kehidupan malah jadi terabaikan. Banyak orang lupa diri, lupa waktu dan usia bahkan lupa akan keluarga demi mengejar sensasi "Gaya Hudep" hanya untuk kepuasan nafsu dan pengakuan sosial semata.
Lebih lanjut Haji Uma menjelaskan bahwa pada hakekatnya, gaya hidup bukanlah yang terpenting. Namun ketika gaya hidup jadi ukuran harga diri secara sosial, maka orang menjadi berlomba untuk itu semua.
Secara kultural dan mengacu pada nilai syariah yang menjadi pedoman. Tentu hal ini merupakan suatu sikap yang keliru dan salah arah. Karena gaya hidup bukanlah barometer dari kesejahteraan sosial seseorang.
Baca dihalaman selanjutnya >>>