Mengenal Lebih Dekat Sosok Dr. Tengku Hasan di Tiro
KOALISI.co - Hari ini, tepat 13 tahun yang lalu, kita memperingati sosok yang telah memberikan jasa besar bagi Aceh. Dr. Tengku Hasan Muhammad di Tiro, M.S., M.A., LL.D., Ph.D., atau yang lebih dikenal Hasan di Tiro, sosok yang tidak bisa dilupakan dalam perjuangan kemerdekaan Aceh.
Beliau adalah pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan diakui sebagai Wali Nanggroe Aceh ke-8. Hasan Tiro lahir di keluarga terpandang di Gampông Tiro, Kabupaten Pidie, Aceh pada pada 25 September 1925.
Beliau merupakan putra kedua dari pasangan Leube Muhammad Tanjong Bungong dan Tengku Pocut Fatimah Tiro. Ayahnya, seorang pemuka agama di Tanjong Bungong, Pidie, sementara ibunya adalah cucu dari Teungku Mahyuddin dan Pocut Mirah Gambang.
Baca Juga: Yuk ke Museum Aceh, Ada Pameran Aroma Rempah Jejak Sejarah Aceh
Dalam garis keturunan beliau, terdapat pahlawan nasional seperti Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman dan Teuku Umar Johan Pahlawan bersama Cut Nyak Dhien. Perjuangan Hasan di Tiro dimulai saat Revolusi Nasional Indonesia melawan penjajahan Belanda.
Beliau aktif dalam perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajah. Namun, kesempatan pendidikan takdir membawanya ke Amerika Serikat dengan memperoleh beasiswa. Di sana, beliau juga bekerja paruh waktu di Misi Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada tahun 1953, ketika belajar di New York, Hasan Tiro berani menyatakan dirinya sebagai Menteri Luar Negeri Gerakan Darul Islam di Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh.
Baca Juga: Mengetahui Sejarah Asal Usul Kota Banda Aceh Darussalam
Tindakan berani ini berakibat pada pencabutan kewarganegaraan Indonesia dan penahanan Hasan Tiro di Penjara Ellis Island sebagai warga asing ilegal.
Setelah berakhirnya perjuangan Darul Islam di Aceh dengan perjanjian damai pada tahun 1962, Hasan Tiro mendeklarasikan organisasinya sebagai Gerakan Aceh Merdeka pada tanggal 4 Desember 1976 di Gunung Halimon, Pidie.
Salah satu tujuan utamanya adalah mencapai kemerdekaan penuh Aceh dari Indonesia. Beliau melihat Aceh sebagai sebuah negara merdeka yang memiliki sejarah yang kaya sebelum masa kolonial Belanda.
Baca Juga: Daftar Destinasi Wisata Sejarah di Aceh yang Wajib Kita Kunjungi
GAM berbeda dari gerakan Darul Islam yang ingin menggulingkan ideologi Pancasila dan menciptakan negara Islam Indonesia berdasarkan syariah.
Selama perjuangan GAM, terjadi serangan terhadap transmigran, terutama mereka yang bekerja dengan tentara Indonesia, dengan tujuan mengembalikan tanah Aceh kepada masyarakat Aceh.
Meskipun demikian, prinsip militer GAM tetap berfokus pada serangan gerilya terhadap tentara dan polisi Indonesia. Setelah hidup dalam pengasingan selama 30 tahun di Swedia, Hasan Tiro kembali ke Aceh pada bulan Oktober 2008.
Baca Juga: Mengenal Sejarah, Raja dan Kejayaan Kerajaan Aceh
Meskipun kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan, beliau tetap tinggal di Aceh hingga akhir hayatnya. Pada tanggal 2 Juni 2010, Hasan Tiro dianugerahi status warga negara kehormatan oleh pemerintah Indonesia.
Namun, pada keesokan harinya, beliau meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Banda Aceh pada 3 Juni 2010. Perjuangan dan dedikasi Hasan Tiro tetap menginspirasi masyarakat Aceh.
Sebagai salah satu tokoh kunci dalam perjuangan Aceh untuk kemerdekaan dan keadilan, beliau akan selalu dikenang sebagai sosok yang berjasa dalam sejarah Aceh. Warisan perjuangan beliau terus hidup dan memberikan motivasi bagi generasi muda Aceh untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Baca Juga: Inilah Bukti Bangunan Bersejarah di Aceh Peninggalan Masa Lampau
Hasan di Tiro adalah sosok pahlawan yang berjuang demi kebebasan Aceh. Perjuangan dan dedikasinya mempengaruhi masa lalu Aceh dan menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Aceh.
Alasan penting untuk mengenang dan menginspirasi sosoknya adalah karena perjuangan Kemerdekaan Aceh, keberanian dan konsistensinya, nasionalisme dan identitas Aceh, serta keteladanan dan kepemimpinannya.
Beliau memberikan contoh tentang memperjuangkan keyakinan, mencintai budaya dan identitas daerah, serta memimpin dengan integritas dan komitmen terhadap keadilan.