Agama dan Sosial

Quran
Ilustrasi, pixabay.

Oleh: Abdan Syakura
Koordinator Sekolah Kita Menulis (SKM)

AGAMA dan sosial layak seperti dua sisi mata uang yang sama. Dua konteks yang penulis sebutkan itu harus dikaitkan tidak boleh dipisahkan antara satu sama lain. Jika kedua konsep tersebut sudah disatukan maka kesempurnaan dalam bersosial dan beragama di dalam bermasyarakat akan tampak lebih kokoh. Dalam menjalani kehidupan bersosial kita harusnya selalu mengedepankan sosial saat beragama.

Jika kita cermati perkembangan saat ini dalam masyarakat, Gerakan sosial keagamaan sudah cukup kental khususnya di wilayah Aceh yang berbasis akan syariatnya, ini belum berbicara tentang nasional. Di Aceh saja patut diberikan apresiasi sebesar-besarnya. Karena Gerakan seperti ini patut dikembangkan serta dipertahankan agar sampai kepada khittahnya sehingga menjadi referensi bagi masyarakat khalayak, agar mendapat pemahaman apa definisi dan subtansi beragama.

Doktrin agama dan sosial ini perlu ditanamkan sejak dini dalam benak dan nurani manusia. Bila sudah mendapatkan seperti statemen yang penulis sebutkan di atas, maka kita memandang agama ini dipenuhi dengan hablumminannas karena sudah mengerti hakikat dalam beragama, karena beragama tidak hanya fokus tentang ritual beribadah saja, tetapi menjalin relasi yang baik dengan sesama juga sangat dianjurkan. Karena agama ini bersifat rahmatanlillalamin.

Fenomena sosial yang muncul dalam negeri syari’at ini sudah muncul dari atas sampai ke pelosok-pelosok desa. Masyarakat tidak lagi heran tentang yang dimaksudkan sosial dan beragama ini, bukan lagi hal baru di Aceh tetapi sudah muncul dari zaman ke zaman. Gerakan seperti ini patut juga diberikan asupan kepada pemuda-pemuda yang akan mulai menjajaki atau ingin menjunjung tinggi nilai sosial dalam beragama.

Kenapa penulis sebut pemuda, dikarenakan pemudalah yang akan menggantikan generasi-generasi penerus agama kedepan. Yang akan memegang estafet atau tampuk kepemimpinan. Jika teori seperti ini sudah tertanam dalam jiwanya, maka ia akan memperdulikan kesejehteraan masyarakatnya di masa akan datang. Era yang canggih akan tekhnologi, seluruh masyarakat harus juga jeli atas problem dan isu-isu sosial dan agama yang bermunculan, karena sudah sangat mudah untuk diakses.

Fokus ilmu sosial dan keagamaan ini tidak terlapas dari teori ilmu sosial humaniora tentunya sangat baik untuk dikaji dan didiskusikan karena ia terus berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu. Agama Islam ini sangat mengedepankan nilai-nilai positif, contohnya berperilaku baik sesama masyarakat, menciptakan perdamaian, keadilan dan sebagainya.

Para akademisi dan intelektual juga tidak sedikit turut untuk membicarakan hal-hal yang bernilai sosial dan paradigma keagamaan. Dengan terjunnya pihak-pihak tersebut dalam mencerdaskan bangsa tentunya, kita sangat berterima kasih kepada mereka karena sudah turut untuk memberikan pencerahan kepada khalayak masyarakat agar selalu berbenah dalam menjalani kehidupan ini.

Belum lagi penulis sebutkan para pendakwah dan da’I ada yang dalam daerah dan di luar daerah Aceh yang diundang untuk memberikan pemahaman agama kepada masyarakat, sangat banyak bukan? Oleh karena kita harus dapat menjaga serta mengedepankan nilai-nilai yang penulis sebutkan di atas, ini akan menjadi sebuah perjalanan dalam masyarakat untuk terciptanya masyarakat sejahtera dalam aspek-aspek sosial dan agama.

Jika memandang sisi agama dalam perubahan sosial sangat penting, karena agama mampu menjaga dan memanejemenkan spirit dan ruh dalam melakukan gerakan perubahan sosial.

Spirit dan ruh yang tertanam dalam jiwa manusia inilah yang menjadi pendobrak serta acuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih baik. Dengan memperjuangkan nilai-nilai sosial juga nilai aqidah.

Sejatinya Islam adalah agama yang damai, karena Islam mengedepankan toleransi dengan tidak menyudutkan agama satu sama lain. Islam merupakan agama yang bersifat damai dan tidak agresif. Oleh karena itu, dalam agama ini diajarkan berkasih sayang antara satu sama lain serta tidak memandang suku atau ras.

Agama dan sosial ini cukup menarik untuk dikembangkan dan dievaluasi supaya masyarakat beragama dapat kokoh dengan tetap memperjuangkang dua konsep tersebut. Bahkan para ahli dalam ilmu agama sudah cukup banyak saat ini diberbagai penjuru dan wilayah.

Ahli ilmu sosial tidak juga kekurangan, baik dari kaum intelektual atau akademi. Tokoh tersebut yang penulis sebutkan sudah sudah sangat banyak dan bisa dianggap telah mumpuni di bidangnya masing-masing, dan tidak dapat diragukan lagi keilmuannya. Maka tugas masyarakat adalah ikut mengawal dan mengevaluasi konteks tersebut supaya mencapai ke khittah.

Masih banyak lagi konsep-konsep yang dapat dipadukan antara agama dengan ilmu-ilmu lainnya, yang tidak penulis sebutkan satu - persatu. Asalkan kita bersama mau memahami setiap konsep keilmuan yang ada. Tokoh-tokoh juga sudah sangat banyak menyatukan antara ilmu yang satu dengan yang lainnya.

Dalam konteks ini, penulis mengajak seluruh elemen maupun kompenen masyarakat agar mengedepankan agama dan sosial ini dalam menjalin relasi dalam bermasyarakat. Agar Islam ini dikenal dengan agama rahmatan lil ‘alamin.

Komentar

Loading...